MATERI : POLIO
PEMBAHASAN :
1.
PENGERTIAN
2.
PENYEBAB
(POLIOVIRUS)
3.
PENULARAN
4.
PENCEGAHAN
PENGERTIAN
Polio,
kependekan dari poliomyelitis, adalah penyakit yang dapat merusak sistem saraf
dan menyebabkan paralysis.
Penyakit ini paling sering terjadi pada anak-anak di bawah umur 2 tahun. Infeksi virus ini mulai timbul seperti demam yang disertai panas, muntah dan sakit otot.
Kadang-kadang hanya satu atau beberapa tanda tersebut, namun sering kali sebagian tubuh menjadi lemah dan lumpuh (paralisis). Kelumpuhan ini paling sering terjadi pada salah satu atau kedua kaki. Lambat laun, anggota gerak yang lumpuh ini menjadi kecil dan tidak tumbuh secepat anggota gerak yang lain
Poliomilitis adalah penyakit menular yang akut disebabkan oleh virus dengan predileksi pada sel anterior massa kelabu sumsum tulang belakang dan inti motorik batang otak, dan akibat kerusakan bagian susunan syaraf tersebut akan terjadi kelumpuhan serta autropi otot.
Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralysis atau lumpuh yang disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV), masuk ketubuh melalui mulut, menginfeksi saluran usus. Virus ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir kesistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paralysis).
Penyakit ini paling sering terjadi pada anak-anak di bawah umur 2 tahun. Infeksi virus ini mulai timbul seperti demam yang disertai panas, muntah dan sakit otot.
Kadang-kadang hanya satu atau beberapa tanda tersebut, namun sering kali sebagian tubuh menjadi lemah dan lumpuh (paralisis). Kelumpuhan ini paling sering terjadi pada salah satu atau kedua kaki. Lambat laun, anggota gerak yang lumpuh ini menjadi kecil dan tidak tumbuh secepat anggota gerak yang lain
Poliomilitis adalah penyakit menular yang akut disebabkan oleh virus dengan predileksi pada sel anterior massa kelabu sumsum tulang belakang dan inti motorik batang otak, dan akibat kerusakan bagian susunan syaraf tersebut akan terjadi kelumpuhan serta autropi otot.
Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralysis atau lumpuh yang disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV), masuk ketubuh melalui mulut, menginfeksi saluran usus. Virus ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir kesistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paralysis).
Jenis Polio:
Polio non-paralisis
Polio non-paralisis menyebabkan demam, muntah, sakit perut, lesu, dan sensitif. Terjadi kram otot pada leher dan punggung. Otot terasa lembek jika disentuh.
Polio Paralisis
Kurang dari 1 persen orang yang terinfeksi virus polio berkembang menjadi polio paralisis atau menderita kelumpuhan. Polio paralisis dimulai dengan demam. Lima sampai tujuh hari berikutnya akan muncul gejala dan tanda-tanda lain, seperti:
-Sakit kepala
-Kram otot leher dan punggung
-Sembelit/konstipasi
-Sensitif terhadap rasa raba
*Polio paralisis dikelompokkan sesuai dengan lokasi terinfeksinya, yaitu:
Polio Spinal
Strain poliovirus ini menyerang saraf tulang belakang, menghancurkan sel tanduk anterior yang mengontrol pergerakan pada batang tubuh dan otot tungkai. Meskipun strain ini dapat menyebabkan kelumpuhan permanen, kurang dari satu penderita dari 200 penderita akan mengalami kelumpuhan. Kelumpuhan paling sering ditemukan terjadi pada kaki. Setelah poliovirus menyerang usus, virus ini akan diserap oleh kapiler darah pada dinding usus dan diangkut ke seluruh tubuh. Poliovirus menyerang saraf tulang belakang dan motorneuron yang mengontrol gerak fisik. Pada periode inilah muncul gejala seperti flu. Namun, pada penderita yang tidak memiliki kekebalan atau belum divaksinasi, virus ini biasanya akan menyerang seluruh bagian batang saraf tulang belakang dan batang otak. Infeksi ini akan mempengaruhi sistem saraf pusat dan menyebar sepanjang serabut saraf. Seiring dengan berkembangbiaknya virus dalam sistem saraf pusat, virus akan menghancurkan motorneuron. Motorneuron tidak memiliki kemampuan regenerasi dan otot yang berhubungan dengannya tidak akan bereaksi terhadap perintah dari sistem saraf pusat. Kelumpuhan pada kaki menyebabkan tungkai menjadi lemas. Kondisi ini disebut acute flaccid paralysis (AFP). Infeksi parah pada sistem saraf pusat dapat menyebabkan kelumpuhan pada batang tubuh dan otot pada dada dan perut, disebut quadriplegia. Anak-anak dibawah umur 5 tahun biasanya akan menderita kelumpuhan 1 tungkai, sedangkan jika terkena orang dewasa, lebih sering kelumpuhan terjadi pada kedua lengan dan tungkai.
Bulbar polio
Polio jenis ini disebabkan oleh tidak adanya kekebalan alami sehingga batang otak ikut terserang. Batang otak mengandung motorneuron yang mengatur pernapasan dan saraf otak, yang mengirim sinyal ke berbagai otot yang mengontrol pergerakan bola mata; saraf trigeminal dan saraf muka yang berhubungan dengan pipi, kelenjar air mata, gusi, dan otot muka; saraf auditori yang mengatur pendengaran; saraf glossofaringeal yang membantu proses menelan dan berbagai fungsi di kerongkongan; pergerakan lidah dan rasa; dan saraf yang mengirim sinyal ke jantung, usus, paru-paru, dan saraf tambahan yang mengatur pergerakan leher.
Tanpa alat bantu pernapasan, polio bulbar dapat menyebabkan kematian. Lima hingga sepuluh persen penderita yang menderita polio bulbar akan meninggal ketika otot pernapasan mereka tidak dapat bekerja. Kematian biasanya terjadi setelah terjadi kerusakan pada saraf otak yang bertugas mengirim ‘perintah bernapas’ ke paru-paru. Penderita juga dapat meninggal karena kerusakan pada fungsi penelanan; korban dapat ‘tenggelam’ dalam sekresinya sendiri kecuali dilakukan penyedotan atau diberi perlakuan trakeostomi untuk menyedot cairan yang disekresikan sebelum masuk ke dalam paru-paru. Namun trakesotomi juga sulit dilakukan apabila penderita telah menggunakan ‘paru-paru besi’ (iron lung). Alat ini membantu paru-paru yang lemah dengan cara menambah dan mengurangi tekanan udara di dalam tabung. Kalau tekanan udara ditambah, paru-paru akan mengempis, kalau tekanan udara dikurangi, paru-paru akan mengembang. Dengan demikian udara terpompa keluar masuk paru-paru. Infeksi yang jauh lebih parah pada otak dapat menyebabkan koma dan kematian.
1. Gambaran Klinis (Gejala)
Poliomielitis terbagi menjadi empat bagian yaitu :
1. Poliomielitis asimtomatis :
Setelah masa inkubasi 7-10
hari, tidak terdapat gejala karena daya tahan tubuh cukup baik, maka tidak
terdapat gejala klinik sama sekali.
2. Poliomielitis abortif :
2. Poliomielitis abortif :
Timbul mendadak langsung
beberapa jam sampai beberapa hari. Gejala berupa infeksi virus seperti malaise,
anoreksia, nausea, muntah, nyeri kepala, nyeri tenggorokan, konstipasi dan
nyeri abdomen.
3. Poliomielitis non paralitik :
3. Poliomielitis non paralitik :
Gejala klinik hamper sama
dengan poliomyelitis abortif , hanya nyeri kepala, nausea dan muntah lebih
hebat. Gejala ini timbul 1-2 hari kadang-kadang diikuti penyembuhan sementara
untuk kemudian remisi demam atau masuk kedalam fase ke2 dengan nyeri otot. Khas
untuk penyakit ini dengan hipertonia, mungkin disebabkan oleh lesi pada batang otak,
ganglion spinal dan kolumna posterior.
4. Poliomielitis paralitik :
4. Poliomielitis paralitik :
Gejala sama pada
poliomyelitis non paralitik disertai kelemahan satu atau lebih kumpulan otot
skelet atau cranial. Timbul paralysis akut pada bayi ditemukan paralysis fesika
urinaria dan antonia usus.
Adapun
bentuk-bentuk gejalanya antara lain :
Bentuk spinal
Bentuk spinal
Gejala kelemahan / paralysis
atau paresis otot leher, abdomen, tubuh, diafragma, thorak dan terbanyak
ekstremitas.
Bentuk bulbar
Bentuk bulbar
Gangguan motorik satu atau
lebih syaraf otak dengan atau tanpa gangguan pusat vital yakni pernapasan dan
sirkulasi.
Bentuk bulbospinal
Bentuk bulbospinal
Didapatkan gejala campuran
antara bentuk spinal dan bentuk bulbar.
Kadang ensepalitik
Kadang ensepalitik
Dapat disertai gejala
delirium, kesadaran menurun, tremor dan kadang kejang.
Berikut fase-fase infeksi virus tersebut:
Stadium akut yaitu fase sejak adanya gejala klinis hingga 2 minggu. Ditandai dengan suhu tubuh yang meningkat. Kadang disertai sakit kepala dan muntah-muntah. Kelumpuhan terjadi akibat kerusakan sel-sel motor neuron di bagian tulang belakang (medula spinalis) lantaran invasi virus. Kelumpuhan ini bersifat asimetris sehingga cenderung menimbulkan gangguan bentuk tubuh (deformitas) yang menetap atau bahkan menjadi lebih berat. Kelumpuhan yang terjadi sebagian besar pada tungkai kaki (78,6%), sedangkan 41,4% pada lengan. Kelumpuhan ini berlangsung bertahap sampai sekitar 2 bulan sejak awal sakit.
Stadium subakut yaitu fase 2 minggu sampai 2 bulan. Ditandai dengan menghilangnya demam dalam waktu 24 jam. Kadang disertai kekakuan otot dan nyeri otot ringan. Terjadi kelumpuhan anggota gerak yang layuh dan biasanya salah satu sisi saja.
Stadium konvalescent yaitu fase pada 2 bulan sampai dengan 2 tahun. Ditandai dengan pulihnya kekuatan otot yang sebelumnya lemah. Sekitar 50-70 persen fungsi otot pulih dalam waktu 6-9 bulan setelah fase akut. Selanjutnya setelah 2 tahun diperkirakan tidak terjadi lagi pemulihan kekuatan otot.
Stadium kronik yaitu lebih dari 2 tahun. Kelumpuhan otot yang terjadi sudah bersifat permanen.
PENYEBAB
Poliomyelitis atau polio, adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang
disebabkan oleh virus. Virus pembawa penyakit ini adalah sebuah virus yang
dinamakan poliovirus (PV). Virus ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir
ke sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan.
Virus polio termasuk genus enteroviorus, famili Picornavirus. Bentuknya
adalah ikosahedral tanpa sampul dengan genome RNA single stranded messenger
molecule. Single RNA ini membentuk hampir 30 persen dari virion, dan sisanya
terdiri dari 4 protein besar (VP1-4) dan satu protein kecil (Vpg). Penyebab
virus polio terdiri atas tiga strain, yaitu strain 1 (brunhilde—yang paling
paralitogenik atau paling ganas), strain 2 (lanzig—yang paling jinak), strain 3
(leon). Penyakit polio terbagi atas tiga jenis yaitu polio non-paralisis,
spinal, dan bulbar.
Virus polio sangat tahan terhadap alkohol dan lisol, namun peka terhadap
formaldehide dan larutan klor. Suhu yang tinggi dapat cepat mematikan virus.
Tetapi pada keadaan beku, dapat bertahun-tahun masa hidupnya.
• Etiologi
Penyebab poliomyelitis Family Pecornavirus dan Genus virus, dibagi 3 yaitu :
1. Brunhilde
2. Lansing
3. Leon ; Dapat hidup berbulan-bulan didalam air, mati dengan pengeringan /oksidan. Masa inkubasi : 7-10-35 hari
Penyebab poliomyelitis Family Pecornavirus dan Genus virus, dibagi 3 yaitu :
1. Brunhilde
2. Lansing
3. Leon ; Dapat hidup berbulan-bulan didalam air, mati dengan pengeringan /oksidan. Masa inkubasi : 7-10-35 hari
POLIOVIRUS
Golongan :
Golongan IV ((+)ssRNA)
Familia : Picornaviridae
Genus : Enterovirus
Spesies : Poliovirus
Familia : Picornaviridae
Genus : Enterovirus
Spesies : Poliovirus
Divisi : Protophyta
Kelas : Mikrotatobiotes
Ordo
: Virales
MORFOLOGI VIRUS POLIO
Virus
polio adalah virus yang paling kecil dibandingkan dengan virus lainnya. Virus
polio termasuk ke dalam famili Picornaviridae (Pico adalah bahasa Yunani yang
artinya kecil). Kekecilan virus ini tidak hanya dari ukuran partikelnya saja,
tetapi juga dari ukuran panjang genomnya. Virus ini memiliki diameter sekitar
30 nm berbentuk ikosahedral sampul (envelope) dengan genom RNA, single stranded
messenger molecule. Single stranded RNA membentuk hampir 30% bagian virion dan
sisanya terdiri atas 4 protein besar (VP1-4) dan satu protein kecil (Vpg). dan
memiliki RNA benang positif (positive strand RNA) sebagai genomnya dengan
panjang sekitar 7.5 kilobasa. tidak mempunyai kapsul, virion polipeptida
tersusun simetri cubical, diameter 27 nm, RNA rantai tunggal, mengandung 42
kapsomer, terdiri dari 89 galur.
Virus
polio yang terdiri atas tiga strain, yaitu strain 1 (brunhilde), strain 2
(lanzig), dan strain 3 (leon). Strain 1 seperti paling paralitogenik atau
paling ganas dan sering menyebabkan kejadian luar biasa (wabah), sedangkan
strain 2 paling jinak.
Sifat penting :
1.
RNA : rantai tunggal, polaritas positif, segmen
tunggal, replikasi RNA melalui pembentukan RNA komplementer yang bertindak
sebagai cetakan sintesis RNA genom.
2.
Virion : tak berselubung, bentuk ikosahedral,
tersusun atas empat jenis protein utama. Diameter virion 28-30 nm.
3.
Replikasi dan morfogenesis virus terjadi di
sitoplasma.
4.
Spektrum hospes sempit.
a.
Struktur Virus
Strukur
virus sendiri secara umum adalah terdiri dari :
-Kepala
Kepala
virus berisi DNA dan bagian luarnya diselubungi kapsid. Satu unit protein yang
menyusun kapsid disebut kapsomer.
-Kapsid
Kapsid adalah selubung yang berupa protein.
Kapsid terdiri atas kapsomer. Kapsid juga dapat terdiri atas protein monomer
yang yang terdiri dari rantai polipeptida. Fungsi kapsid untuk memberi bentuk
virus sekaligus sebagai pelindung virus dari kondisi lingkungan yang merugikan
virus.
-Isi tubuh
Bagian isi tersusun atas asam inti, yakni DNA
saja atau RNA saja. Bagian isi disebut sebagai virion. DNA atau RNA merupakan
materi genetik yang berisi kode-kode pembawa sifat virus. Berdasarkan isi yang
dikandungnya, virus dapat dibedakan menjadi virus DNA (virus T, virus cacar)
dan virus RNA (virus influenza, HIV, H5N1). Selain itu di dalam isi virus
terdapat beberapa enzim.
-Ekor
virus
Ekor
virus merupakan alat untuk menempel pada inangnya. Ekor virus terdiri atas
tubus bersumbat yang dilengkapi benang atau serabut. Virus yang menginfeksi sel
eukariotik tidak mempunyai ekor.
FISIOLOGI VIRUS POLIO
Setelah
terinfeksi ke dalam sel, RNA keluar dari sarangnya dan di dalam sel RNA ini
memiliki dua fungsi. Yang pertama adalah sebagai mRNA yang ditranslasikan
menjadi protein-protein yang berfungsi untuk pembentukan tubuh dan enzim-enzim
yang berfungsi untuk perkembang-biakan (replikasi) virus itu sendiri.
Fungsi yang kedua dari RNA ini adalah sebagai bahan dasar (template) untuk pembentukan RNA benang negatif (negative strand RNA). RNA benang negatif ini kemudian digunakan lagi sebagai template untuk membentuk RNA benang positif. Begitu seterusnya sehingga benang positif RNA yang menjadi genom virus ini terus bertambah banyak. RNA yang terbentuk kemudian dibungkus oleh protein-protein pembentuk tubuh dan keluar dari sel sebagai virus baru. Rentetan proses ini dijalankan oleh enzim-enzim dari sel dan dari virus itu sendiri.
Fungsi yang kedua dari RNA ini adalah sebagai bahan dasar (template) untuk pembentukan RNA benang negatif (negative strand RNA). RNA benang negatif ini kemudian digunakan lagi sebagai template untuk membentuk RNA benang positif. Begitu seterusnya sehingga benang positif RNA yang menjadi genom virus ini terus bertambah banyak. RNA yang terbentuk kemudian dibungkus oleh protein-protein pembentuk tubuh dan keluar dari sel sebagai virus baru. Rentetan proses ini dijalankan oleh enzim-enzim dari sel dan dari virus itu sendiri.
A. Daur Reproduksi Virus Secara Umum
INFEKSI SECARA LITIK
Infeksi secara litik melalui fase-fase sebagai berikut
ini:
1.
Fase adsorpsi dan infeksi
Fag
akan melekat atau menginfeksi bagian tertentu dari dinding sel hospes, daerah
itu disebut daerah reseptor (receptor site = reseptor spot). Daerah ini khas
bagi fag tertentu, dan fag jenis lain tidak dapat melekat di tempat tersebut.
Virus tidak memiliki enzim untuk metabolisme, tetapi memliki enzim lisozim yang
berfungsi merusak atau melubangi dinding sel hospes.
Sesudah
dinding sel hospes terhidrolisis oleh lisozim, maka seluruh isi fag masuk
kedalam hospes. Fag kemudian
merusak dan mengendalikan DNA hospes.
2. Fase replikasi (fase sintesa)
DNA fag mengadakan replikasi (menyusun
DNA) menggunakan DNA hospes sebagai bahan, serta membentuk selubung protein.
Maka terbentuklah beratus-ratus molekul DNA baru virus yang lengakap dengan
selubungnya.
3.Fase pembebasan virus (fag-fag
baru)/ fase lisis
Sesudah fag dewasa, sel hospes akan
pecah (lisis), sehingga keluarlah virus atau fag yang baru. Jumlah virus baru
ini dapat mencapai sekitar 200.
INFEKSI
SECARA LISOGENIK
1. Fase adsorpsi dan infeksi
Fag menenpel pada tempat yang
spesifik. Virus melakukan penetrasi pada hospes kemudian mengluarkan DNAnya
kedalam tubuh hospes.
2. Fase penggabungan
DNA virus bersatu dengan DNA hospes
membentuk profag. Dalam bentuk profag, sebagian besar gen berada dalam fase
tidak aktif, tetapi sedikitnya ada satu gen yang selalu aktif. Gen aktif berfungsi
untuk mengkode protein reseptor yang berfungsi menjaga agar sebagian gen profag
tidak aktif.
3. Fase pembelahan
Bila sel hospes membelah diri,
profag ikut membelah sehingga dua sel anakan hospes juga mengandung profag
didalam selnya. Hal ini akan berlangsung terus-menerus selama sel bakteri yang
mengandung profag membelah.
B. Daur Hidup Poliovirus
Poliovirus memasuki tubuh manusia
dapat melalui mulut, kemudian masuk secara digesti. Jika virus dapat bertahan
pada kondisi yang bururk di dalam perut manuisa, maka virus dapat menginfeksi
sel pada usus: membrane selaput lender pada usus. Pada membrane mukosa tersebut
virus menginfeksi sel dan bereplikasi.
Pada 1% infeksi, penyebaran virus dari usus ke dalam darah
dan sistem saraf pusat. Virus dapat berpindah dari Peyer's patches ke aliran
darah, yang mempunyai akses langsung ke sistem saraf pusat. Sedangkan cara
memasuki sistem saraf adalah virus langsung melewati saraf lebih baik dan cepat
dari pada melewati darah. Jika virus sudah masuk sekali ke dalam sistem saraf
pusat, replikasinya dapat menjadikan kerusakan sel saraf yang menimbulkan
penyakit poliomyelitis.
C. Replikasi Virus Polio
1. Attachment/ Absorpsi:
Kapsid dari poliovirus tersusun oleh
susunan ikosahedral dari 60 protomer, masing masing terdiri dari polipeptida
VP1, VP2, VP3, and VP4, yang semuanya berasal dari pembelahan protomer induk
yaitu VP0. Virus menempel pada sel inang penerima, dan mengharuskan interaksi
pengikatan dengahn sel inang penerima.
Tempat
spesifik pengikatan on poliovirus involves VP1, VP2 and VP3 yang berinteraksi
dengan sel inang reseptor CD155, yang merupakan immunoglobulin. Penyematan
virus merupakan 'dual tropism'; virus menginfeksi dua jenis sel primate yang
mempunyai perbedaan jelas yaitu: lymphoid dan sel epitel di dalam usus dan
sistem saraf.
2. Penetrasi :
RNA masuk ke dalam sitoplasme sel
inang melewati membrane sel.
3. Uncoating:
Virus mengalami penyesuaian selama
pengikatan untuk menghilangkan VP4 yang nantinya akan dihancurkan. Bagaimanapun
juga , 1 dari 200 virus partikel dapat dengan sukses mentransport RNA ke dalam
sitoplasma dengan cukup cepat dimana itu dapat sintesis dari makromolekul dari
virion yang baru.
4. Menghentikan sintesis
makromolekul dari sel inang:
Sintesis protein sel inang dan RNA
sintesis dicegah. Bertujuan untuk pembelahan balutan ikatan yang komplek yang
merupakan hal wajib bagi semua mRNA's Eukaryotik selama proses inisialisasi dan
translasi. Proses ini berfungsi untuk membebaskan lebih banyak ribososm untuk
mentranslasi genom virus dan menjamin bahwa sel akan hancur dan mati, yang
tujuan akhirnya menghasilakn kumpulan partikel virus yang baru. Inisisasi ini
kira kira 1/2 jam setelah infeksi, dan dalam 2 jam, penurunan drastis pada
sitesi makromolekul selular dapat terjadi.
5. Sintesis komponen virus:
Poliovirus adalah positive- sense
single stranded RNA virus, yang artinya RNA mempunyai polaritas yang sama
dengan mRNA. Dengan demikian viral RNA mampu mengkodekan semua protein yang
dibutuhkan selama replikasi dan menulari dirinya sendiri. Pemain utama dalam
replikasi pada virus RNA adalah RNA viral- polymerase RNA yang dependen. 53 kDa
poliovirus polimer, bersama dengan viral yang lain dan protein inang, membawa
hasil replikasi viral ke dalam sitoplasma sel inang. Sintesis ini berjalan kira
kira 2.5 sampai 3 hours setelah infeksi terjadi.
Sintesis
Protein
Memproses
Protein
Sintesis
Protein
|
· Viral RNA mengikat diri kepada ribososm sel inang
· Berperan seperti mRNA, viral RNA mentranslasikeseluruhan
ke dalam satu polipeptida besar.
· Polipeptida terbelah menjadi RNA polimerasi, protease
enzim dan kapsid protein yang baru.
· Enzim protease merusak polipeptida besar tadi ke dalam
bagian bagian.
· Penyetopan terjadi melalui protease
· Sintesis RNA polimerase (-)-strand RNA (strand yang komplemen
pada cetakan RNA)
· Pada saat yang tepat, (-)-strand RNA digunakan sebagai
template untuk membuat (+)- sense cetakan dari genom asli
· RNA strand ganda (disebut jugakomposisi intermediet
replikatif baik (+)- strand dan (-) -stranded RNA) terbentuk
·
Formasi genom yang baru terbentuk mengirim pesan kepada mesin translasi sel,
mengarahkan produksi viral protein ke tingkat yang lebih tinggi.
|
6. Pemasangan:
RNA baru yang disintesis dikemas di
dalam kapsid. Partikel viral terangkai melalui morfogenesis, dan pembelahan
proteolitik dari protein kapsid membentuk partikel akhir : poliprotein P1
terbelah menjadi protomer yang tersusun oleh VP0, 1, dan 3, yang bersama – sama
bersatu dan membungkus RNA viral. Perangkaian terjadi 4-6 jam setelah infeksi.
7. Pematangan:
Proses pematangan virus melibatkan
pengikatan dari VP0 ke dalamVP2 dan VP4.
8. Pembebasan :
Partikel
kemudian dilepaskan dari sel inang melalui proses lisis sel. Proses ini lebih
seperti untuk pemrograman awal yang mengambil alih setelah beberapa waktu
setelah proses protein sintesis dan RNA sintesis pada sel inang berhenti.
Partikel virus yang bebas sekarang dapat menginfeksi sel inang lain. Migrasi ke
jaringan saraf akan menghasilkan suatu penyakit disebut paralytic poliomyelitis.
Penghancuran sel akan terjadi kira - kira 6-10 jam setelah infeksi (Koch,
2005).
Sampai
sekarang telah diisolasi 3 strain virus polio yaitu tipe 1 (Brunhilde), tipe 2
(Lansing), dan tipe 3 (Leon). Infeksi dapat terjadi oleh satu atau lebih tipe
tersebut. Epidemi yang luas biasanya disebabkan oleh tipe 1. Virus ini relatif
tahan terhadap hampir semua desinfektan (etanol, isopropanol, lisol, amonium
kuartener, dll). Virus ini tidak memiliki amplop lemak sehingga tahan terhadap
pelarut lemak termasuk eter dan kloroform. Virus ini dapat diinaktifasi oleh
formaldehid, glutaraldehid, asam kuat, sodium hipoklorit, dan klorin. Virus
polio menjadi inaktif dengan pemanasan di atas 42 derajat Celcius. Selain itu,
pengeringan dan ultraviolet juga dapat menghilangkan aktivitas virus polio.
Poliovirus
mengandung 2 macam antigen yang dapat dideteksi dengan berebagai macam reaksi
imunologi yaitu Antigen A & H. Untuk poliovirus galur yang dilemahkan
(untuk vaksinasi) maka protein kapsid UP1 dengan satu atau lebih Antigen memegang
peranan penting dalam interaksi dengan Antibodi netralisasi sedang UP2 dan UP3
juga berinteraksi tetapi kurang kuat dibanding UP1.
Poliovirus
relatif tahan terhadap bahan asam(pH 3)dan beberapa enzim proteolitik, hal
inilah yang menyebabkan virus ini dapat disebarkan melalui Saluran pencernaan.
Selain itu virus ini jaga tahan terhadap alkohol 70%, lisol 25 %,
eter,deoksikholat dan berbagai macam detergent. Viru ini sensitif terhadap
formaldehid 0.3%, HCl 0,1 N, juga bahan halogen lainnya. Maka daripada itu
bahan formaldehid 0.3% merupakan pilihan untuk desinfeksi juga bisa dengan
pemanasan, pengeringan dan cahaya.
TAKSONOMI
VIRUS POLIO
Pengklasifikasian virus yang meliputi banyak hal yaitu mulai
dari karakteristik (morfologi, genom,fisika-kimia,dan sifat fisiologisnya,
protein, antigenic, dan sifat biologisnya) hingga tingkatan ordo, famili,
genus, dan spesies
Ordo virus : merupakan pengelompokan famili
virus yg memiliki banyak kesamaan karakteristik. Ordo ditandai dengan akhiran
”Virales” oleh ICTV (International Commitee on Taxonomy of Virus)
Famili virus: merupakan pengelompokan genus virus yg
memiliki byk kesamaan karakteristik dan dibedakan dr anggota famili lainnya. Famili virus ditandai dg akhiran “Viridae”.Contohnya:Picornaviridae
memiliki byk kesamaan karakteristik dan dibedakan dr anggota famili lainnya. Famili virus ditandai dg akhiran “Viridae”.Contohnya:Picornaviridae
Genus virus: merupakan pengelompokan spesies virus yg memiliki
banyak kesamaan karakteristik. Genus virus ditandai dg tambahan Virus”.
Ditandai dengan akhiran “Virus” (misal: Genus Enterovirus)
banyak kesamaan karakteristik. Genus virus ditandai dg tambahan Virus”.
Ditandai dengan akhiran “Virus” (misal: Genus Enterovirus)
Spesies virus: menggambarkan suatu klas polythetic
pada virus yg mirip replikasi keturunan dan menempati bagian relung ekologinya.
Menurut klasifikasi Bergey, virus
termasuk ke dalam divisio Protophyta, kelas Mikrotatobiotes dan ordo Virales
(Virus). Pada tahun 1976 ICTV (International Commite on Taxonomy of Virus)
mempublikasikan bahwa virus diklasifikasikan struktur dan komposisi tubuh,
yakni berdasarkan kandungan asam. Pada dasarnya virus dibedakan atas dua golongan
yaitu virus DNA dan virus RNA dan virus polio termasuk dalam golongan virus
RNA.
EKOLOGI VIRUS POLIO
Virus
masuk melalui saluran cerna. Setelah masuk, virus akan bereplikasi
(memperbanyak diri). Biasanya penularannya melewati feses, misalnya feses yang
mengandung virus polio mencemari sumber air minum warga kemudian air yang
dikonsumsi oleh manusia tersebut membawa virus polio dan sampai ketubuh
manusia. Sampai saat ini belum diketahui secara pasti, tipe sel dan tempat
spesifik yang digunakan virus ini untuk bereplikasi pertama kalinya. Hanya
saja, virus ini dapat diisolasi dari jaringan limfe di saluran cerna, sehingga
diduga tempat replikasi pertama virus tersebut adalah di jaringan limfe saluran
cerna terutama “bercak Peyer” dan tonsil. Meskipun begitu, tidak jelas apakah
virus polio memang bereplikasi di tempat tersebut atau “hanya terserap” oleh
jaringan limfe setelah bereplikasi di sel epitel saluran cerna. Fase ini
berlangsung 3-10 hari, dapat sampai 3 minggu. Virus polio pada fase ini dapat
ditemukan di ludah dan feses, dan berperan dalam proses penularan (Afie’s,
2009).
Setelah memperbanyak diri di jaringan limfe saluran cerna,
virus polio akan menyebar melalui darah (viremia) untuk menuju sistem
retikuloendotelial lainnya, termasuk diantaranya nodus limfe, sunsum tulang,
hati, dan limpa, dan mungkin ke tempat lainnya seperti jaringan lemak coklat
dan otot (Afie’s, 2009).
Mekanisme
virus polio menginfeksi sistem syaraf pusat masih belum diketahui secara pasti.
Ada 3 hipotesis, yang pertama, virus polio menginfeksi sistem syaraf pusat
melalui transport axon (sel syaraf panjang yang menghantarkan signal syaraf)
dengan arah yang berlawanan (signal syaraf bergerak dari sistem syaraf pusat ke
otot, virus bergerak dari otot ke sistem syaraf pusat). Hipotesis kedua adalah
virus menembus sawar darah otak, independen dari keberadaan reseptor seluler
untuk virus polio (CD155). Dan hipotesis ketiga, virus polio diimpor ke sistem
syaraf pusat melalui sel makrofag (mekanisme kuda Trojan). Sampai saat ini,
mayoritas bukti ilmiah mendukung hipotesis yang pertama (Afie’s, 2009).
Pada
beberapa kasus polio di daerah daerah secara epidemiologis menunjukkan bahwa
disamping imunitas masyarakat yang rendah juga disebabkan sanitasi atau sumber
air yang di pakai warga yang berperan cukup besar dalam penyebaran virus polio.
PERANAN (MERUGIKAN) VIRUS POLIO TERHADAP LINGKUNGAN,
DIKEMBANGKAN MENJADI SENJATA BIOLOGIS
Virus Polio karena sel inangnya yang
utama adalah manusia maka lingkungannya juga seputar manusia. Sesuai dengan namanya,
infeksi virus polio menyebabkan gejala polio (poliomyelitis) atau lumpuh.
Vaksin yang efektif terhadap polio sudah dikembangkan pada tahun enam puluhan
dan digunakan untuk program eradikasi/ pemusnahan polio. Dengan program
imunisasi yang menggunakan vaksin tersebut, sekarang virus polio liar sudah
hampir musnah. Oleh karena itu virus ini tidak lagi dianggap sebagai virus yang
berbahaya dan ditakuti karena bisa dikontrol. Ini juga merupakan salah satu
kenapa virus ini dipilih sebagai objek. Selain itu alasan lain juga barangkalai
karena Prof. Wimmer adalah ahli virus polio (Utama, 2002).
Sintesa virus polio
Oleh karena virus polio adalah virus
RNA, untuk membuat virus ini dari bahan kimia sebenarnya lebih tepat kalau
dimulai dari sintesa RNA. Akan tetapi sintesa RNA, apalagi RNA yang panjang,
sangat sulit karena RNA tidak stabil dan mudah terdegradasi. Karena DNA jauh
lebih stabil dari pada RNA, dalam penelitian virus RNA, biasanya RNA
ditranskripsi balik (reverse transcription) dulu ke DNA. Begitu juga dengan tim
ini, mereka juga mengsintesa DNA berdasarkan barisan RNA dari virus polio
Mahoney (Utama, 2002).
Fragmen-fragmen pasangan benang
positif dan benang negatif DNA dengan panjang rata-rata 69 basa disintesa, dan
kemudian disambung baik dengan menggunakan teknik PCR (Polymerase Chain
Reaction) maupun menggunakan enzim T4 DNA ligase. Fragmen pasangan DNA yang
tersambung kemudian dikloning ke plasmid (sejenis mikroorganisme) yang bisa
berkembangbiak pada bakteri Escherichia coli. Dengan perkembangbiakan plasmid
yang membawa DNA virus polio ini, akan memperbanyak jumlah DNA, yang pada
mulanya hanya ada dalam jumlah yang sangat sedikit (Utama, 2002).
Setelah DNA ini diperbanyak,
kemudian ditranskirpsikan menjadi RNA. RNA ini kemudian dimasukan (transfection)
ke dalam sel. Di dalam sel, RNA ini akan berfungsi sebagai RNA genome
sebagaimana halnya RNA dari virus yang alami. Dengan demikian diharapkan virus
akan hidup dan berkembang-biak didalam sel. Seperti yang diharapankan, tim ini
berhasil mengembang-biakan virus polio di dalam sel. Virus ini kemudian
dianalisa dan dibandingkan dengan virus polio Mahoney yang alami (Utama, 2002).
Dari hasil perbandingan, virus yang
disintesa memproduksi protein-protein yang sama dengan virus yang alami. Bentuk
dan ukuran kedua virus ini juga mirip. Virus sintesis juga dinetralisasi oleh
antobodi yang spesifik menetralisir virus polio tipe 1, sama halnya dengan
virus alami. Dari hasil percobaan binatang (tikus), lebih jauh lagi, virus
polio sintesis juga mengakibatkan gejala polio dan menyebabkan kematian,
walaupun tingkat patogennya lebih rendah dibandingkan dengan virus alami
(Utama, 2002).
Dengan metoda ini, tim peneliti dari
State University of New York ini telah berhasil membuat virus polio dari bahan
kimia. Ini adalah pembuktian yang pertama kali dimana virus bisa dibuat dari
bahan kimia (Utama, 2002).
Sebenarnya, metoda yang dipakai oleh
tim ini bukanlah metoda yang baru. Metoda ini telah banyak digunakan untuk
mengkloning DNA dari protein-protein. Sama seperti yang dilakukan tim ini, DNA
dari protein disintesa, kemudian disambung dan dikloning. Akan tetapi,
kebanyakan DNA yang dikloning sangat pendek, sehingga mudah untuk menyambung
dan mengkloningnya. Dalam penelitian ini, Prof. Wimmer dan koleganya mampu mengkloning
DNA sepanjang 7.5 kilobasa. Inilah kehebatan dari tim ini sehingga hasilnya
bisa dimuat di jurnal Science (Utama, 2002).
Keberhasilan ini telah membuktikan
bahwa manusia mampu membuat virus yang barangkali akan digunakan sebagai
senjata biologi. Biasanya kita mendapatkan virus dengan cara isolasi dari
sampel tertentu dan kemudian mengkulturkannya. Kita juga bisa membuat virus
(baru), namun biasanya menggunakan virus alami sebagai template. Akan tetapi
dengan teknologi ini, walaupun kita tidak memiliki suatu virus sama sekali,
kita bisa membuat virus dengan mencontoh barisan RNA atau DNA virus
bersangkutan (Utama, 2002).
Walaupun demikian tentu saja tidak semua orang bisa membuat suatu virus. Hal ini disebabkan selain teknologi dan skil, pembuatan virus ini juga memerlukan banyak dana baik untuk sintesa DNA-nya maupun untuk proses selanjutnya (Utama, 2002).
Walaupun demikian tentu saja tidak semua orang bisa membuat suatu virus. Hal ini disebabkan selain teknologi dan skil, pembuatan virus ini juga memerlukan banyak dana baik untuk sintesa DNA-nya maupun untuk proses selanjutnya (Utama, 2002).
Pertama dalam masalah teknologi dan
skil, tentu saja hanya orang-orang yang terbukti mempunyai pengetahuan dan
keahlian tentang virus yang bisa melakukannya. Siapa yang ahli tentang suatu
virus, biasanya dapat dilihat dari hasil publikasi tentang virus. Begitu juga
masalah dana. Untuk sintesa 7.5 kilobasa DNA saja diperlukan dana kira-kira
sebesar US $7,500 (US $ 1 untuk 1 basa). Karena tim ini mengsintesa pasangan
ganda DNA, biaya sintesa DNA diperlukan sebesar US $ 15,000 (Utama,2002).
Selain itu penelitian ini dilakukan
berkali-kali untuk sampai kepada keberhasilan. Hal ini disebabkan karena
walaupun secara teori metoda ini bisa digunakan untuk sintesa virus,
keberhasilannya sangat ditentukan oleh banyak faktor. Dalam penelitian ini
penulis tidak tahu berapa lama waktu yang dihabiskan oleh tim ini. Tapi dari
pengalaman pembuatan virus dengan menggunakan virus asli sebagai bahan dasar,
dapat diperkirakan setidak-tidaknya memerlukan waktu sekitar 1 tahun. Lamanya
penelitian ini mengakibatkan banyaknya uang yang dihabiskan untuk pembelian
enzim-enzim, kit serta bahan-bahan kimia lain yang diperlukan untuk penelitian.
Namun, setelah metoda dan teknik untuk pembuatan virus ditemukan, untuk
produksi virus selanjutnya tentu saja akan mudah dilakukan.
Oleh karena itu, secara total bisa
jadi biaya untuk sintesa virus yang akan digunakan sebagai senjata biologi akan
lebih murah dari pada produksi senjata kimia atau senjata nuklir. Tetapi juga
tidak menutup kemungkinan akan lebih mahal. Hal ini sangat tergantung kepada
virus apa yang akan disintesa (Utama, 2002).
Terlepas dari semua ini, tentu saja
kita sangat berharap jangan sampai orang-orang yang mampu (mampu karena
memiliki teknologi, skil dan dana) membuat virus untuk digunakan sebagai
senjata biologi (NTR) karena senjata biologi sangat berbahaya bagi lingkungan
khususnya manusia karena tidak hanya menghancurkan secara fisik tapi mampu
merestrukturisasi anatomi, fisiologi maupun morfologi makhluk hidup khususnya
manusia. Sedangkan dampaknya bagi lingkungan yang terpapar senjata biologis
dari virus polio sintesis baik secara langsung maupun tidak, dalam jangka
panjang maupun pendek dapat merusak lingkungan khususnya lingkungan menjadi
tercemar oleh virus dan dapat dijadikan tempat daur hidup virus tersebut yang
nantinya akan sampai berdampak ke hewan maupun manusia. Dan juga jika virus
tadi sudah menetap di inangnya, inang tersebut jika berpindah ke tempat yang
baru, maka akan menularkan kembali virus tersebut lewat lingkungannya.
PENULARAN
Virus masuk melalui mulut dan hidung lalu berkembang biak
di dalam tenggorokan dan saluran pencernaan atau usus. Selanjutnya, diserap dan
disebarkan melalui sistem pembuluh darah dan pembuluh getah bening.
Penularan virus terjadi secara langsung melalui beberapa cara, yaitu:
Fekal-Oral (dari tinja ke mulut)
Maksudnya, melalui minuman atau makanan yang tercemar virus polio yang berasal dari tinja penderita lalu masuk ke mulut orang yang sehat.
Oral-Oral (dari mulut ke mulut)
Yaitu melalui percikan ludah atau air liur penderita yang masuk ke mulut orang sehat lainnya.
Sebenarnya, kondisi suhu yang tinggi dapat cepat mematikan virus. Sebaliknya, pada keadaan beku atau suhu yang rendah justru virus dapat bertahan hidup bertahun-tahun. Ketahanan virus ini di dalam tanah dan air sangat bergantung pada kelembapan suhu dan adanya mikroba lain.
Penularan virus terjadi secara langsung melalui beberapa cara, yaitu:
Fekal-Oral (dari tinja ke mulut)
Maksudnya, melalui minuman atau makanan yang tercemar virus polio yang berasal dari tinja penderita lalu masuk ke mulut orang yang sehat.
Oral-Oral (dari mulut ke mulut)
Yaitu melalui percikan ludah atau air liur penderita yang masuk ke mulut orang sehat lainnya.
Sebenarnya, kondisi suhu yang tinggi dapat cepat mematikan virus. Sebaliknya, pada keadaan beku atau suhu yang rendah justru virus dapat bertahan hidup bertahun-tahun. Ketahanan virus ini di dalam tanah dan air sangat bergantung pada kelembapan suhu dan adanya mikroba lain.
Virus ini dapat bertahan lama pada air limbah dan air
permukaan, bahkan dapat sampai berkilo-kilometer dari sumber penularan.
Meskipun cara penularan utama adalah akibat tercemarnya lingkungan oleh virus polio dari penderita yang terinfeksi, namun virus ini sebenarnya hidup di lingkungan yang terbatas. Nah, salah satu inang atau mahluk hidup perantaranya adalah manusia
Secara ringkas, cara penularannya dapat melalui :
Meskipun cara penularan utama adalah akibat tercemarnya lingkungan oleh virus polio dari penderita yang terinfeksi, namun virus ini sebenarnya hidup di lingkungan yang terbatas. Nah, salah satu inang atau mahluk hidup perantaranya adalah manusia
Secara ringkas, cara penularannya dapat melalui :
-Inhalasi
-Makanan dan minuman
-Bermacam serangga seperti lipas, lalat, dan lain-lain.
Penularan melalui oral berkembambang biak diusus→verimia virus+DC faecese beberapa minggu.
-Makanan dan minuman
-Bermacam serangga seperti lipas, lalat, dan lain-lain.
Penularan melalui oral berkembambang biak diusus→verimia virus+DC faecese beberapa minggu.
PENCEGAHAN
Cara pencegahan dapat dilalui melalui :
1. Imunisasi
2. jangan masuk daerah endemis
3. jangan melakukan tindakan endemis
1. Imunisasi
2. jangan masuk daerah endemis
3. jangan melakukan tindakan endemis
Tempatkan anak yang sakit di kamar terpisah, jauh dari anak-anak lainnya. Ibu harus mencuci tangan setiap kali menyentuhnya. Perlindungan terbaik terhadap polio ialah dengan memberikan vaksin polio/pemberian kekebalan.
Seorang anak yang cacat akibat polio harrus makan makanan bergizi dan melakukan gerak badan untuk memperkuat otot-ototnya. Selama tahun pertama, sebagian kekuatan dapat pulih kembali.
Bantulah anak agar belajar berjalan sebaik-baiknya, pasanglah 2 buah tiang, sebagai penyangga dan kemudian buatkan tongkat penopang.
Cegah Virus Polio dengan Vaksinasi
Hingga saat ini belum ditemukan cara pengobatan penyakit polio. Yang paling efektif hanyalah pencegahan dengan cara imunisasi.
Kasus penyakit polio di Sukabumi, Jawa Barat,sangat mengejutkan pemerintah dan masyarakat. Penyakit yang diakibatkan infeksi virus ini jelas mencemaskan para orang tua yang punya anak balita karena begitu mengerikan dampak buruk yang bisa ditimbulkan. Sayangnya lagi, hingga saat ini belum ditemukan cara pengobatannya. Yang paling efektif hanyalah pencegahan dengan cara imunisasi.
Virus polio (poliomyelitis) sangat menular dan tak bisa
disembuhkan. Virus ini menyerang seluruh tubuh (termasuk otot dan sistem saraf)
dan bisa menyebabkan kelemahan otot yang sifatnya permanen dan kelumpuhan total
dalam hitungan jam saja. Bahkan sekitar 10-15 persen mereka yang terkena polio
akhirnya meninggal karena yang diserang adalah otot pernapasannya.
Virus polio terdiri atas 3 tipe (strain), yaitu tipe 1 (brunhilde), tipe 2 (lanzig) dan tipe 3 (Leon). Tipe 1 seperti yang ditemukan di Sukabumi adalah yang paling ganas (paralitogenik) dan sering menyebabkan kejadian luar biasa atau wabah, sedangkan tipe 2 paling jinak.
Virus polio terdiri atas 3 tipe (strain), yaitu tipe 1 (brunhilde), tipe 2 (lanzig) dan tipe 3 (Leon). Tipe 1 seperti yang ditemukan di Sukabumi adalah yang paling ganas (paralitogenik) dan sering menyebabkan kejadian luar biasa atau wabah, sedangkan tipe 2 paling jinak.
SELESAI.
Daftar Pustaka : Internet
Tidak ada komentar:
Posting Komentar