Kamis, 31 Desember 2015

TUGAS SEKOLAH : ARTIKEL TENTANG POLIO (PENGERTIAN,PENYEBAB,PENULARAN, dan PENCEGAHAN)

MATERI : POLIO

PEMBAHASAN :
1.   PENGERTIAN
2.   PENYEBAB (POLIOVIRUS)
3.   PENULARAN
4.   PENCEGAHAN

PENGERTIAN
Polio, kependekan dari poliomyelitis, adalah penyakit yang dapat merusak sistem saraf dan menyebabkan paralysis.
Penyakit ini paling sering terjadi pada anak-anak di bawah umur 2 tahun. Infeksi virus ini mulai timbul seperti demam yang disertai panas, muntah dan sakit otot.
Kadang-kadang hanya satu atau beberapa tanda tersebut, namun sering kali sebagian tubuh menjadi lemah dan lumpuh (paralisis). Kelumpuhan ini paling sering terjadi pada salah satu atau kedua kaki. Lambat laun, anggota gerak yang lumpuh ini menjadi kecil dan tidak tumbuh secepat anggota gerak yang lain
Poliomilitis adalah penyakit menular yang akut disebabkan oleh virus dengan predileksi pada sel anterior massa kelabu sumsum tulang belakang dan inti motorik batang otak, dan akibat kerusakan bagian susunan syaraf tersebut akan terjadi kelumpuhan serta autropi otot.
Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralysis atau lumpuh yang disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV), masuk ketubuh melalui mulut, menginfeksi saluran usus. Virus ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir kesistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paralysis).

Jenis Polio:
Polio non-paralisis
Polio non-paralisis menyebabkan demam, muntah, sakit perut, lesu, dan sensitif. Terjadi kram otot pada leher dan punggung. Otot terasa lembek jika disentuh.

Polio Paralisis
Kurang dari 1 persen orang yang terinfeksi virus polio berkembang menjadi polio paralisis atau menderita kelumpuhan. Polio paralisis dimulai dengan demam. Lima sampai tujuh hari berikutnya akan muncul gejala dan tanda-tanda lain, seperti:
-Sakit kepala
-Kram otot leher dan punggung
-Sembelit/konstipasi
-Sensitif terhadap rasa raba
*Polio paralisis dikelompokkan sesuai dengan lokasi terinfeksinya, yaitu:

 Polio Spinal
Strain poliovirus ini menyerang saraf tulang belakang, menghancurkan sel tanduk anterior yang mengontrol pergerakan pada batang tubuh dan otot tungkai. Meskipun strain ini dapat menyebabkan kelumpuhan permanen, kurang dari satu penderita dari 200 penderita akan mengalami kelumpuhan. Kelumpuhan paling sering ditemukan terjadi pada kaki. Setelah poliovirus menyerang usus, virus ini akan diserap oleh kapiler darah pada dinding usus dan diangkut ke seluruh tubuh. Poliovirus menyerang saraf tulang belakang dan motorneuron yang mengontrol gerak fisik. Pada periode inilah muncul gejala seperti flu. Namun, pada penderita yang tidak memiliki kekebalan atau belum divaksinasi, virus ini biasanya akan menyerang seluruh bagian batang saraf tulang belakang dan batang otak. Infeksi ini akan mempengaruhi sistem saraf pusat dan menyebar sepanjang serabut saraf. Seiring dengan berkembangbiaknya virus dalam sistem saraf pusat, virus akan menghancurkan motorneuron. Motorneuron tidak memiliki kemampuan regenerasi dan otot yang berhubungan dengannya tidak akan bereaksi terhadap perintah dari sistem saraf pusat. Kelumpuhan pada kaki menyebabkan tungkai menjadi lemas. Kondisi ini disebut acute flaccid paralysis (AFP). Infeksi parah pada sistem saraf pusat dapat menyebabkan kelumpuhan pada batang tubuh dan otot pada dada dan perut, disebut quadriplegia. Anak-anak dibawah umur 5 tahun biasanya akan menderita kelumpuhan 1 tungkai, sedangkan jika terkena orang dewasa, lebih sering kelumpuhan terjadi pada kedua lengan dan tungkai.

 Bulbar polio
Polio jenis ini disebabkan oleh tidak adanya kekebalan alami sehingga batang otak ikut terserang. Batang otak mengandung motorneuron yang mengatur pernapasan dan saraf otak, yang mengirim sinyal ke berbagai otot yang mengontrol pergerakan bola mata; saraf trigeminal dan saraf muka yang berhubungan dengan pipi, kelenjar air mata, gusi, dan otot muka; saraf auditori yang mengatur pendengaran; saraf glossofaringeal yang membantu proses menelan dan berbagai fungsi di kerongkongan; pergerakan lidah dan rasa; dan saraf yang mengirim sinyal ke jantung, usus, paru-paru, dan saraf tambahan yang mengatur pergerakan leher.
Tanpa alat bantu pernapasan, polio bulbar dapat menyebabkan kematian. Lima hingga sepuluh persen penderita yang menderita polio bulbar akan meninggal ketika otot pernapasan mereka tidak dapat bekerja. Kematian biasanya terjadi setelah terjadi kerusakan pada saraf otak yang bertugas mengirim ‘perintah bernapas’ ke paru-paru. Penderita juga dapat meninggal karena kerusakan pada fungsi penelanan; korban dapat ‘tenggelam’ dalam sekresinya sendiri kecuali dilakukan penyedotan atau diberi perlakuan trakeostomi untuk menyedot cairan yang disekresikan sebelum masuk ke dalam paru-paru. Namun trakesotomi juga sulit dilakukan apabila penderita telah menggunakan ‘paru-paru besi’ (iron lung). Alat ini membantu paru-paru yang lemah dengan cara menambah dan mengurangi tekanan udara di dalam tabung. Kalau tekanan udara ditambah, paru-paru akan mengempis, kalau tekanan udara dikurangi, paru-paru akan mengembang. Dengan demikian udara terpompa keluar masuk paru-paru. Infeksi yang jauh lebih parah pada otak dapat menyebabkan koma dan kematian.

1. Gambaran Klinis (Gejala) 
Poliomielitis terbagi menjadi empat bagian yaitu :
1. Poliomielitis asimtomatis :
Setelah masa inkubasi 7-10 hari, tidak terdapat gejala karena daya tahan tubuh cukup baik, maka tidak terdapat gejala klinik sama sekali.
2. Poliomielitis abortif :
Timbul mendadak langsung beberapa jam sampai beberapa hari. Gejala berupa infeksi virus seperti malaise, anoreksia, nausea, muntah, nyeri kepala, nyeri tenggorokan, konstipasi dan nyeri abdomen.
3. Poliomielitis non paralitik :
Gejala klinik hamper sama dengan poliomyelitis abortif , hanya nyeri kepala, nausea dan muntah lebih hebat. Gejala ini timbul 1-2 hari kadang-kadang diikuti penyembuhan sementara untuk kemudian remisi demam atau masuk kedalam fase ke2 dengan nyeri otot. Khas untuk penyakit ini dengan hipertonia, mungkin disebabkan oleh lesi pada batang otak, ganglion spinal dan kolumna posterior.
4. Poliomielitis paralitik :
Gejala sama pada poliomyelitis non paralitik disertai kelemahan satu atau lebih kumpulan otot skelet atau cranial. Timbul paralysis akut pada bayi ditemukan paralysis fesika urinaria dan antonia usus.
Adapun bentuk-bentuk gejalanya antara lain : 
Bentuk spinal
Gejala kelemahan / paralysis atau paresis otot leher, abdomen, tubuh, diafragma, thorak dan terbanyak ekstremitas.
Bentuk bulbar
Gangguan motorik satu atau lebih syaraf otak dengan atau tanpa gangguan pusat vital yakni pernapasan dan sirkulasi.
Bentuk bulbospinal
Didapatkan gejala campuran antara bentuk spinal dan bentuk bulbar.
Kadang ensepalitik
Dapat disertai gejala delirium, kesadaran menurun, tremor dan kadang kejang.



Berikut fase-fase infeksi virus tersebut:

Stadium akut yaitu fase sejak adanya gejala klinis hingga 2 minggu. Ditandai dengan suhu tubuh yang meningkat. Kadang disertai sakit kepala dan muntah-muntah. Kelumpuhan terjadi akibat kerusakan sel-sel motor neuron di bagian tulang belakang (medula spinalis) lantaran invasi virus. Kelumpuhan ini bersifat asimetris sehingga cenderung menimbulkan gangguan bentuk tubuh (deformitas) yang menetap atau bahkan menjadi lebih berat. Kelumpuhan yang terjadi sebagian besar pada tungkai kaki (78,6%), sedangkan 41,4% pada lengan. Kelumpuhan ini berlangsung bertahap sampai sekitar 2 bulan sejak awal sakit.
Stadium subakut yaitu fase 2 minggu sampai 2 bulan. Ditandai dengan menghilangnya demam dalam waktu 24 jam. Kadang disertai kekakuan otot dan nyeri otot ringan. Terjadi kelumpuhan anggota gerak yang layuh dan biasanya salah satu sisi saja.
Stadium konvalescent yaitu fase pada 2 bulan sampai dengan 2 tahun. Ditandai dengan pulihnya kekuatan otot yang sebelumnya lemah. Sekitar 50-70 persen fungsi otot pulih dalam waktu 6-9 bulan setelah fase akut. Selanjutnya setelah 2 tahun diperkirakan tidak terjadi lagi pemulihan kekuatan otot.
Stadium kronik yaitu lebih dari 2 tahun. Kelumpuhan otot yang terjadi sudah bersifat permanen.


PENYEBAB

Poliomyelitis atau polio, adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang disebabkan oleh virus. Virus pembawa penyakit ini adalah sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV). Virus ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan.

Virus polio termasuk genus enteroviorus, famili Picornavirus. Bentuknya adalah ikosahedral tanpa sampul dengan genome RNA single stranded messenger molecule. Single RNA ini membentuk hampir 30 persen dari virion, dan sisanya terdiri dari 4 protein besar (VP1-4) dan satu protein kecil (Vpg). Penyebab virus polio terdiri atas tiga strain, yaitu strain 1 (brunhilde—yang paling paralitogenik atau paling ganas), strain 2 (lanzig—yang paling jinak), strain 3 (leon). Penyakit polio terbagi atas tiga jenis yaitu polio non-paralisis, spinal, dan bulbar.

Virus polio sangat tahan terhadap alkohol dan lisol, namun peka terhadap formaldehide dan larutan klor. Suhu yang tinggi dapat cepat mematikan virus. Tetapi pada keadaan beku, dapat bertahun-tahun masa hidupnya.

      Etiologi
Penyebab poliomyelitis Family Pecornavirus dan Genus virus, dibagi 3 yaitu :
1. Brunhilde
2. Lansing
3. Leon ; Dapat hidup berbulan-bulan didalam air, mati dengan pengeringan /oksidan. Masa inkubasi : 7-10-35 hari





POLIOVIRUS

Golongan       : Golongan IV ((+)ssRNA)
Familia           : Picornaviridae
Genus             : Enterovirus
Spesies            : Poliovirus
Divisi               : Protophyta
Kelas               : Mikrotatobiotes
Ordo               : Virales


MORFOLOGI VIRUS POLIO
Virus polio adalah virus yang paling kecil dibandingkan dengan virus lainnya. Virus polio termasuk ke dalam famili Picornaviridae (Pico adalah bahasa Yunani yang artinya kecil). Kekecilan virus ini tidak hanya dari ukuran partikelnya saja, tetapi juga dari ukuran panjang genomnya. Virus ini memiliki diameter sekitar 30 nm berbentuk ikosahedral sampul (envelope) dengan genom RNA, single stranded messenger molecule. Single stranded RNA membentuk hampir 30% bagian virion dan sisanya terdiri atas 4 protein besar (VP1-4) dan satu protein kecil (Vpg). dan memiliki RNA benang positif (positive strand RNA) sebagai genomnya dengan panjang sekitar 7.5 kilobasa. tidak mempunyai kapsul, virion polipeptida tersusun simetri cubical, diameter 27 nm, RNA rantai tunggal, mengandung 42 kapsomer, terdiri dari 89 galur.

Virus polio yang terdiri atas tiga strain, yaitu strain 1 (brunhilde), strain 2 (lanzig), dan strain 3 (leon). Strain 1 seperti paling paralitogenik atau paling ganas dan sering menyebabkan kejadian luar biasa (wabah), sedangkan strain 2 paling jinak.
Sifat penting :
1.       RNA : rantai tunggal, polaritas positif, segmen tunggal, replikasi RNA melalui pembentukan RNA komplementer yang bertindak sebagai cetakan sintesis RNA genom.
2.       Virion : tak berselubung, bentuk ikosahedral, tersusun atas empat jenis protein utama. Diameter virion 28-30 nm.
3.       Replikasi dan morfogenesis virus terjadi di sitoplasma.
4.       Spektrum hospes sempit.

a. Struktur Virus
Strukur virus sendiri secara umum adalah terdiri dari :
-Kepala
Kepala virus berisi DNA dan bagian luarnya diselubungi kapsid. Satu unit protein yang menyusun kapsid disebut kapsomer.
-Kapsid
Kapsid adalah selubung yang berupa protein. Kapsid terdiri atas kapsomer. Kapsid juga dapat terdiri atas protein monomer yang yang terdiri dari rantai polipeptida. Fungsi kapsid untuk memberi bentuk virus sekaligus sebagai pelindung virus dari kondisi lingkungan yang merugikan virus.
-Isi tubuh
Bagian isi tersusun atas asam inti, yakni DNA saja atau RNA saja. Bagian isi disebut sebagai virion. DNA atau RNA merupakan materi genetik yang berisi kode-kode pembawa sifat virus. Berdasarkan isi yang dikandungnya, virus dapat dibedakan menjadi virus DNA (virus T, virus cacar) dan virus RNA (virus influenza, HIV, H5N1). Selain itu di dalam isi virus terdapat beberapa enzim.
-Ekor virus
Ekor virus merupakan alat untuk menempel pada inangnya. Ekor virus terdiri atas tubus bersumbat yang dilengkapi benang atau serabut. Virus yang menginfeksi sel eukariotik tidak mempunyai ekor.


FISIOLOGI VIRUS POLIO
Setelah terinfeksi ke dalam sel, RNA keluar dari sarangnya dan di dalam sel RNA ini memiliki dua fungsi. Yang pertama adalah sebagai mRNA yang ditranslasikan menjadi protein-protein yang berfungsi untuk pembentukan tubuh dan enzim-enzim yang berfungsi untuk perkembang-biakan (replikasi) virus itu sendiri.
Fungsi yang kedua dari RNA ini adalah sebagai bahan dasar (template) untuk pembentukan RNA benang negatif (negative strand RNA). RNA benang negatif ini kemudian digunakan lagi sebagai template untuk membentuk RNA benang positif. Begitu seterusnya sehingga benang positif RNA yang menjadi genom virus ini terus bertambah banyak. RNA yang terbentuk kemudian dibungkus oleh protein-protein pembentuk tubuh dan keluar dari sel sebagai virus baru. Rentetan proses ini dijalankan oleh enzim-enzim dari sel dan dari virus itu sendiri.
A. Daur Reproduksi Virus Secara Umum
INFEKSI SECARA LITIK
Infeksi secara litik melalui fase-fase sebagai berikut ini:
1. Fase adsorpsi dan infeksi
Fag akan melekat atau menginfeksi bagian tertentu dari dinding sel hospes, daerah itu disebut daerah reseptor (receptor site = reseptor spot). Daerah ini khas bagi fag tertentu, dan fag jenis lain tidak dapat melekat di tempat tersebut. Virus tidak memiliki enzim untuk metabolisme, tetapi memliki enzim lisozim yang berfungsi merusak atau melubangi dinding sel hospes.
Sesudah dinding sel hospes terhidrolisis oleh lisozim, maka seluruh isi fag masuk kedalam hospes. Fag kemudian merusak dan mengendalikan DNA hospes.
2. Fase replikasi (fase sintesa)
DNA fag mengadakan replikasi (menyusun DNA) menggunakan DNA hospes sebagai bahan, serta membentuk selubung protein. Maka terbentuklah beratus-ratus molekul DNA baru virus yang lengakap dengan selubungnya.
3.Fase pembebasan virus (fag-fag baru)/ fase lisis
Sesudah fag dewasa, sel hospes akan pecah (lisis), sehingga keluarlah virus atau fag yang baru. Jumlah virus baru ini dapat mencapai sekitar 200.
INFEKSI SECARA LISOGENIK
1. Fase adsorpsi dan infeksi
Fag menenpel pada tempat yang spesifik. Virus melakukan penetrasi pada hospes kemudian mengluarkan DNAnya kedalam tubuh hospes.
2. Fase penggabungan
DNA virus bersatu dengan DNA hospes membentuk profag. Dalam bentuk profag, sebagian besar gen berada dalam fase tidak aktif, tetapi sedikitnya ada satu gen yang selalu aktif. Gen aktif berfungsi untuk mengkode protein reseptor yang berfungsi menjaga agar sebagian gen profag tidak aktif.
3. Fase pembelahan
Bila sel hospes membelah diri, profag ikut membelah sehingga dua sel anakan hospes juga mengandung profag didalam selnya. Hal ini akan berlangsung terus-menerus selama sel bakteri yang mengandung profag membelah.
B. Daur Hidup Poliovirus
Poliovirus memasuki tubuh manusia dapat melalui mulut, kemudian masuk secara digesti. Jika virus dapat bertahan pada kondisi yang bururk di dalam perut manuisa, maka virus dapat menginfeksi sel pada usus: membrane selaput lender pada usus. Pada membrane mukosa tersebut virus menginfeksi sel dan bereplikasi.
Pada 1% infeksi, penyebaran virus dari usus ke dalam darah dan sistem saraf pusat. Virus dapat berpindah dari Peyer's patches ke aliran darah, yang mempunyai akses langsung ke sistem saraf pusat. Sedangkan cara memasuki sistem saraf adalah virus langsung melewati saraf lebih baik dan cepat dari pada melewati darah. Jika virus sudah masuk sekali ke dalam sistem saraf pusat, replikasinya dapat menjadikan kerusakan sel saraf yang menimbulkan penyakit poliomyelitis.
C. Replikasi Virus Polio
1. Attachment/ Absorpsi:
Kapsid dari poliovirus tersusun oleh susunan ikosahedral dari 60 protomer, masing masing terdiri dari polipeptida VP1, VP2, VP3, and VP4, yang semuanya berasal dari pembelahan protomer induk yaitu VP0. Virus menempel pada sel inang penerima, dan mengharuskan interaksi pengikatan dengahn sel inang penerima.
Tempat spesifik pengikatan on poliovirus involves VP1, VP2 and VP3 yang berinteraksi dengan sel inang reseptor CD155, yang merupakan immunoglobulin. Penyematan virus merupakan 'dual tropism'; virus menginfeksi dua jenis sel primate yang mempunyai perbedaan jelas yaitu: lymphoid dan sel epitel di dalam usus dan sistem saraf.
2. Penetrasi :
RNA masuk ke dalam sitoplasme sel inang melewati membrane sel.
3. Uncoating:
Virus mengalami penyesuaian selama pengikatan untuk menghilangkan VP4 yang nantinya akan dihancurkan. Bagaimanapun juga , 1 dari 200 virus partikel dapat dengan sukses mentransport RNA ke dalam sitoplasma dengan cukup cepat dimana itu dapat sintesis dari makromolekul dari virion yang baru.
4. Menghentikan sintesis makromolekul dari sel inang:
Sintesis protein sel inang dan RNA sintesis dicegah. Bertujuan untuk pembelahan balutan ikatan yang komplek yang merupakan hal wajib bagi semua mRNA's Eukaryotik selama proses inisialisasi dan translasi. Proses ini berfungsi untuk membebaskan lebih banyak ribososm untuk mentranslasi genom virus dan menjamin bahwa sel akan hancur dan mati, yang tujuan akhirnya menghasilakn kumpulan partikel virus yang baru. Inisisasi ini kira kira 1/2 jam setelah infeksi, dan dalam 2 jam, penurunan drastis pada sitesi makromolekul selular dapat terjadi.
5. Sintesis komponen virus:
Poliovirus adalah positive- sense single stranded RNA virus, yang artinya RNA mempunyai polaritas yang sama dengan mRNA. Dengan demikian viral RNA mampu mengkodekan semua protein yang dibutuhkan selama replikasi dan menulari dirinya sendiri. Pemain utama dalam replikasi pada virus RNA adalah RNA viral- polymerase RNA yang dependen. 53 kDa poliovirus polimer, bersama dengan viral yang lain dan protein inang, membawa hasil replikasi viral ke dalam sitoplasma sel inang. Sintesis ini berjalan kira kira 2.5 sampai 3 hours setelah infeksi terjadi.
Sintesis
Protein

Memproses
Protein



Sintesis
Protein
· Viral RNA mengikat diri kepada ribososm sel inang
· Berperan seperti mRNA, viral RNA mentranslasikeseluruhan ke dalam satu polipeptida besar.
· Polipeptida terbelah menjadi RNA polimerasi, protease enzim dan kapsid protein yang baru.
· Enzim protease merusak polipeptida besar tadi ke dalam bagian bagian.
· Penyetopan terjadi melalui protease
· Sintesis RNA polimerase (-)-strand RNA (strand yang komplemen pada cetakan RNA)
· Pada saat yang tepat, (-)-strand RNA digunakan sebagai template untuk membuat (+)- sense cetakan dari genom asli
· RNA strand ganda (disebut jugakomposisi intermediet replikatif baik (+)- strand dan (-) -stranded RNA) terbentuk
· Formasi genom yang baru terbentuk mengirim pesan kepada mesin translasi sel, mengarahkan produksi viral protein ke tingkat yang lebih tinggi.
6. Pemasangan:
RNA baru yang disintesis dikemas di dalam kapsid. Partikel viral terangkai melalui morfogenesis, dan pembelahan proteolitik dari protein kapsid membentuk partikel akhir : poliprotein P1 terbelah menjadi protomer yang tersusun oleh VP0, 1, dan 3, yang bersama – sama bersatu dan membungkus RNA viral. Perangkaian terjadi 4-6 jam setelah infeksi.

7. Pematangan:
Proses pematangan virus melibatkan pengikatan dari VP0 ke dalamVP2 dan VP4.
8. Pembebasan :
Partikel kemudian dilepaskan dari sel inang melalui proses lisis sel. Proses ini lebih seperti untuk pemrograman awal yang mengambil alih setelah beberapa waktu setelah proses protein sintesis dan RNA sintesis pada sel inang berhenti. Partikel virus yang bebas sekarang dapat menginfeksi sel inang lain. Migrasi ke jaringan saraf akan menghasilkan suatu penyakit disebut paralytic poliomyelitis. Penghancuran sel akan terjadi kira - kira 6-10 jam setelah infeksi (Koch, 2005).
Sampai sekarang telah diisolasi 3 strain virus polio yaitu tipe 1 (Brunhilde), tipe 2 (Lansing), dan tipe 3 (Leon). Infeksi dapat terjadi oleh satu atau lebih tipe tersebut. Epidemi yang luas biasanya disebabkan oleh tipe 1. Virus ini relatif tahan terhadap hampir semua desinfektan (etanol, isopropanol, lisol, amonium kuartener, dll). Virus ini tidak memiliki amplop lemak sehingga tahan terhadap pelarut lemak termasuk eter dan kloroform. Virus ini dapat diinaktifasi oleh formaldehid, glutaraldehid, asam kuat, sodium hipoklorit, dan klorin. Virus polio menjadi inaktif dengan pemanasan di atas 42 derajat Celcius. Selain itu, pengeringan dan ultraviolet juga dapat menghilangkan aktivitas virus polio.
Poliovirus mengandung 2 macam antigen yang dapat dideteksi dengan berebagai macam reaksi imunologi yaitu Antigen A & H. Untuk poliovirus galur yang dilemahkan (untuk vaksinasi) maka protein kapsid UP1 dengan satu atau lebih Antigen memegang peranan penting dalam interaksi dengan Antibodi netralisasi sedang UP2 dan UP3 juga berinteraksi tetapi kurang kuat dibanding UP1.
Poliovirus relatif tahan terhadap bahan asam(pH 3)dan beberapa enzim proteolitik, hal inilah yang menyebabkan virus ini dapat disebarkan melalui Saluran pencernaan. Selain itu virus ini jaga tahan terhadap alkohol 70%, lisol 25 %, eter,deoksikholat dan berbagai macam detergent. Viru ini sensitif terhadap formaldehid 0.3%, HCl 0,1 N, juga bahan halogen lainnya. Maka daripada itu bahan formaldehid 0.3% merupakan pilihan untuk desinfeksi juga bisa dengan pemanasan, pengeringan dan cahaya.

TAKSONOMI VIRUS POLIO
Pengklasifikasian virus yang meliputi banyak hal yaitu mulai dari karakteristik (morfologi, genom,fisika-kimia,dan sifat fisiologisnya, protein, antigenic, dan sifat biologisnya) hingga tingkatan ordo, famili, genus, dan spesies
Ordo virus : merupakan pengelompokan famili virus yg memiliki banyak kesamaan karakteristik. Ordo ditandai dengan akhiran ”Virales” oleh ICTV (International Commitee on Taxonomy of Virus)
Famili virus: merupakan pengelompokan genus virus yg
memiliki byk kesamaan karakteristik dan dibedakan dr anggota famili lainnya. Famili virus ditandai dg akhiran “Viridae”.Contohnya:Picornaviridae
Genus virus: merupakan pengelompokan spesies virus yg memiliki
banyak kesamaan karakteristik. Genus virus ditandai dg tambahan Virus”.
Ditandai dengan akhiran “Virus” (misal: Genus Enterovirus)
Spesies virus: menggambarkan suatu klas polythetic pada virus yg mirip replikasi keturunan dan menempati bagian relung ekologinya.
Menurut klasifikasi Bergey, virus termasuk ke dalam divisio Protophyta, kelas Mikrotatobiotes dan ordo Virales (Virus). Pada tahun 1976 ICTV (International Commite on Taxonomy of Virus) mempublikasikan bahwa virus diklasifikasikan struktur dan komposisi tubuh, yakni berdasarkan kandungan asam. Pada dasarnya virus dibedakan atas dua golongan yaitu virus DNA dan virus RNA dan virus polio termasuk dalam golongan virus RNA.
EKOLOGI VIRUS POLIO
Virus masuk melalui saluran cerna. Setelah masuk, virus akan bereplikasi (memperbanyak diri). Biasanya penularannya melewati feses, misalnya feses yang mengandung virus polio mencemari sumber air minum warga kemudian air yang dikonsumsi oleh manusia tersebut membawa virus polio dan sampai ketubuh manusia. Sampai saat ini belum diketahui secara pasti, tipe sel dan tempat spesifik yang digunakan virus ini untuk bereplikasi pertama kalinya. Hanya saja, virus ini dapat diisolasi dari jaringan limfe di saluran cerna, sehingga diduga tempat replikasi pertama virus tersebut adalah di jaringan limfe saluran cerna terutama “bercak Peyer” dan tonsil. Meskipun begitu, tidak jelas apakah virus polio memang bereplikasi di tempat tersebut atau “hanya terserap” oleh jaringan limfe setelah bereplikasi di sel epitel saluran cerna. Fase ini berlangsung 3-10 hari, dapat sampai 3 minggu. Virus polio pada fase ini dapat ditemukan di ludah dan feses, dan berperan dalam proses penularan (Afie’s, 2009).
Setelah memperbanyak diri di jaringan limfe saluran cerna, virus polio akan menyebar melalui darah (viremia) untuk menuju sistem retikuloendotelial lainnya, termasuk diantaranya nodus limfe, sunsum tulang, hati, dan limpa, dan mungkin ke tempat lainnya seperti jaringan lemak coklat dan otot (Afie’s, 2009).
Mekanisme virus polio menginfeksi sistem syaraf pusat masih belum diketahui secara pasti. Ada 3 hipotesis, yang pertama, virus polio menginfeksi sistem syaraf pusat melalui transport axon (sel syaraf panjang yang menghantarkan signal syaraf) dengan arah yang berlawanan (signal syaraf bergerak dari sistem syaraf pusat ke otot, virus bergerak dari otot ke sistem syaraf pusat). Hipotesis kedua adalah virus menembus sawar darah otak, independen dari keberadaan reseptor seluler untuk virus polio (CD155). Dan hipotesis ketiga, virus polio diimpor ke sistem syaraf pusat melalui sel makrofag (mekanisme kuda Trojan). Sampai saat ini, mayoritas bukti ilmiah mendukung hipotesis yang pertama (Afie’s, 2009).
Pada beberapa kasus polio di daerah daerah secara epidemiologis menunjukkan bahwa disamping imunitas masyarakat yang rendah juga disebabkan sanitasi atau sumber air yang di pakai warga yang berperan cukup besar dalam penyebaran virus polio.

PERANAN (MERUGIKAN) VIRUS POLIO TERHADAP LINGKUNGAN,
DIKEMBANGKAN MENJADI SENJATA BIOLOGIS
Virus Polio karena sel inangnya yang utama adalah manusia maka lingkungannya juga seputar manusia. Sesuai dengan namanya, infeksi virus polio menyebabkan gejala polio (poliomyelitis) atau lumpuh. Vaksin yang efektif terhadap polio sudah dikembangkan pada tahun enam puluhan dan digunakan untuk program eradikasi/ pemusnahan polio. Dengan program imunisasi yang menggunakan vaksin tersebut, sekarang virus polio liar sudah hampir musnah. Oleh karena itu virus ini tidak lagi dianggap sebagai virus yang berbahaya dan ditakuti karena bisa dikontrol. Ini juga merupakan salah satu kenapa virus ini dipilih sebagai objek. Selain itu alasan lain juga barangkalai karena Prof. Wimmer adalah ahli virus polio (Utama, 2002).
Sintesa virus polio
Oleh karena virus polio adalah virus RNA, untuk membuat virus ini dari bahan kimia sebenarnya lebih tepat kalau dimulai dari sintesa RNA. Akan tetapi sintesa RNA, apalagi RNA yang panjang, sangat sulit karena RNA tidak stabil dan mudah terdegradasi. Karena DNA jauh lebih stabil dari pada RNA, dalam penelitian virus RNA, biasanya RNA ditranskripsi balik (reverse transcription) dulu ke DNA. Begitu juga dengan tim ini, mereka juga mengsintesa DNA berdasarkan barisan RNA dari virus polio Mahoney (Utama, 2002).
Fragmen-fragmen pasangan benang positif dan benang negatif DNA dengan panjang rata-rata 69 basa disintesa, dan kemudian disambung baik dengan menggunakan teknik PCR (Polymerase Chain Reaction) maupun menggunakan enzim T4 DNA ligase. Fragmen pasangan DNA yang tersambung kemudian dikloning ke plasmid (sejenis mikroorganisme) yang bisa berkembangbiak pada bakteri Escherichia coli. Dengan perkembangbiakan plasmid yang membawa DNA virus polio ini, akan memperbanyak jumlah DNA, yang pada mulanya hanya ada dalam jumlah yang sangat sedikit (Utama, 2002).
Setelah DNA ini diperbanyak, kemudian ditranskirpsikan menjadi RNA. RNA ini kemudian dimasukan (transfection) ke dalam sel. Di dalam sel, RNA ini akan berfungsi sebagai RNA genome sebagaimana halnya RNA dari virus yang alami. Dengan demikian diharapkan virus akan hidup dan berkembang-biak didalam sel. Seperti yang diharapankan, tim ini berhasil mengembang-biakan virus polio di dalam sel. Virus ini kemudian dianalisa dan dibandingkan dengan virus polio Mahoney yang alami (Utama, 2002).
Dari hasil perbandingan, virus yang disintesa memproduksi protein-protein yang sama dengan virus yang alami. Bentuk dan ukuran kedua virus ini juga mirip. Virus sintesis juga dinetralisasi oleh antobodi yang spesifik menetralisir virus polio tipe 1, sama halnya dengan virus alami. Dari hasil percobaan binatang (tikus), lebih jauh lagi, virus polio sintesis juga mengakibatkan gejala polio dan menyebabkan kematian, walaupun tingkat patogennya lebih rendah dibandingkan dengan virus alami (Utama, 2002).
Dengan metoda ini, tim peneliti dari State University of New York ini telah berhasil membuat virus polio dari bahan kimia. Ini adalah pembuktian yang pertama kali dimana virus bisa dibuat dari bahan kimia (Utama, 2002).
Sebenarnya, metoda yang dipakai oleh tim ini bukanlah metoda yang baru. Metoda ini telah banyak digunakan untuk mengkloning DNA dari protein-protein. Sama seperti yang dilakukan tim ini, DNA dari protein disintesa, kemudian disambung dan dikloning. Akan tetapi, kebanyakan DNA yang dikloning sangat pendek, sehingga mudah untuk menyambung dan mengkloningnya. Dalam penelitian ini, Prof. Wimmer dan koleganya mampu mengkloning DNA sepanjang 7.5 kilobasa. Inilah kehebatan dari tim ini sehingga hasilnya bisa dimuat di jurnal Science (Utama, 2002).
Keberhasilan ini telah membuktikan bahwa manusia mampu membuat virus yang barangkali akan digunakan sebagai senjata biologi. Biasanya kita mendapatkan virus dengan cara isolasi dari sampel tertentu dan kemudian mengkulturkannya. Kita juga bisa membuat virus (baru), namun biasanya menggunakan virus alami sebagai template. Akan tetapi dengan teknologi ini, walaupun kita tidak memiliki suatu virus sama sekali, kita bisa membuat virus dengan mencontoh barisan RNA atau DNA virus bersangkutan (Utama, 2002).

Walaupun demikian tentu saja tidak semua orang bisa membuat suatu virus. Hal ini disebabkan selain teknologi dan skil, pembuatan virus ini juga memerlukan banyak dana baik untuk sintesa DNA-nya maupun untuk proses selanjutnya (Utama, 2002).
Pertama dalam masalah teknologi dan skil, tentu saja hanya orang-orang yang terbukti mempunyai pengetahuan dan keahlian tentang virus yang bisa melakukannya. Siapa yang ahli tentang suatu virus, biasanya dapat dilihat dari hasil publikasi tentang virus. Begitu juga masalah dana. Untuk sintesa 7.5 kilobasa DNA saja diperlukan dana kira-kira sebesar US $7,500 (US $ 1 untuk 1 basa). Karena tim ini mengsintesa pasangan ganda DNA, biaya sintesa DNA diperlukan sebesar US $ 15,000 (Utama,2002).
Selain itu penelitian ini dilakukan berkali-kali untuk sampai kepada keberhasilan. Hal ini disebabkan karena walaupun secara teori metoda ini bisa digunakan untuk sintesa virus, keberhasilannya sangat ditentukan oleh banyak faktor. Dalam penelitian ini penulis tidak tahu berapa lama waktu yang dihabiskan oleh tim ini. Tapi dari pengalaman pembuatan virus dengan menggunakan virus asli sebagai bahan dasar, dapat diperkirakan setidak-tidaknya memerlukan waktu sekitar 1 tahun. Lamanya penelitian ini mengakibatkan banyaknya uang yang dihabiskan untuk pembelian enzim-enzim, kit serta bahan-bahan kimia lain yang diperlukan untuk penelitian. Namun, setelah metoda dan teknik untuk pembuatan virus ditemukan, untuk produksi virus selanjutnya tentu saja akan mudah dilakukan.
Oleh karena itu, secara total bisa jadi biaya untuk sintesa virus yang akan digunakan sebagai senjata biologi akan lebih murah dari pada produksi senjata kimia atau senjata nuklir. Tetapi juga tidak menutup kemungkinan akan lebih mahal. Hal ini sangat tergantung kepada virus apa yang akan disintesa (Utama, 2002).
Terlepas dari semua ini, tentu saja kita sangat berharap jangan sampai orang-orang yang mampu (mampu karena memiliki teknologi, skil dan dana) membuat virus untuk digunakan sebagai senjata biologi (NTR) karena senjata biologi sangat berbahaya bagi lingkungan khususnya manusia karena tidak hanya menghancurkan secara fisik tapi mampu merestrukturisasi anatomi, fisiologi maupun morfologi makhluk hidup khususnya manusia. Sedangkan dampaknya bagi lingkungan yang terpapar senjata biologis dari virus polio sintesis baik secara langsung maupun tidak, dalam jangka panjang maupun pendek dapat merusak lingkungan khususnya lingkungan menjadi tercemar oleh virus dan dapat dijadikan tempat daur hidup virus tersebut yang nantinya akan sampai berdampak ke hewan maupun manusia. Dan juga jika virus tadi sudah menetap di inangnya, inang tersebut jika berpindah ke tempat yang baru, maka akan menularkan kembali virus tersebut lewat lingkungannya.
PENULARAN
Virus masuk melalui mulut dan hidung lalu berkembang biak di dalam tenggorokan dan saluran pencernaan atau usus. Selanjutnya, diserap dan disebarkan melalui sistem pembuluh darah dan pembuluh getah bening.
Penularan virus terjadi secara langsung melalui beberapa cara, yaitu:
Fekal-Oral (dari tinja ke mulut)
Maksudnya, melalui minuman atau makanan yang tercemar virus polio yang berasal dari tinja penderita lalu masuk ke mulut orang yang sehat.
Oral-Oral (dari mulut ke mulut)
Yaitu melalui percikan ludah atau air liur penderita yang masuk ke mulut orang sehat lainnya.
Sebenarnya, kondisi suhu yang tinggi dapat cepat mematikan virus. Sebaliknya, pada keadaan beku atau suhu yang rendah justru virus dapat bertahan hidup bertahun-tahun. Ketahanan virus ini di dalam tanah dan air sangat bergantung pada kelembapan suhu dan adanya mikroba lain.
Virus ini dapat bertahan lama pada air limbah dan air permukaan, bahkan dapat sampai berkilo-kilometer dari sumber penularan.
Meskipun cara penularan utama adalah akibat tercemarnya lingkungan oleh virus polio dari penderita yang terinfeksi, namun virus ini sebenarnya hidup di lingkungan yang terbatas. Nah, salah satu inang atau mahluk hidup perantaranya adalah manusia
Secara ringkas, cara penularannya dapat melalui :
-Inhalasi
-Makanan dan minuman
-Bermacam serangga seperti lipas, lalat, dan lain-lain.
Penularan melalui oral berkembambang biak diusus→verimia virus+DC faecese beberapa minggu.

PENCEGAHAN
Cara pencegahan dapat dilalui melalui :
1. Imunisasi
2. jangan masuk daerah endemis
3. jangan melakukan tindakan endemis

Tempatkan anak yang sakit di kamar terpisah, jauh dari anak-anak lainnya. Ibu harus mencuci tangan setiap kali menyentuhnya. Perlindungan terbaik terhadap polio ialah dengan memberikan vaksin polio/pemberian kekebalan.
Seorang anak yang cacat akibat polio harrus makan makanan bergizi dan melakukan gerak badan untuk memperkuat otot-ototnya. Selama tahun pertama, sebagian kekuatan dapat pulih kembali.
Bantulah anak agar belajar berjalan sebaik-baiknya, pasanglah 2 buah tiang, sebagai penyangga dan kemudian buatkan tongkat penopang.

Cegah Virus Polio dengan Vaksinasi
Hingga saat ini belum ditemukan cara pengobatan penyakit polio. Yang paling efektif hanyalah pencegahan dengan cara imunisasi.
Kasus penyakit polio di Sukabumi, Jawa Barat,sangat mengejutkan pemerintah dan masyarakat. Penyakit yang diakibatkan infeksi virus ini jelas mencemaskan para orang tua yang punya anak balita karena begitu mengerikan dampak buruk yang bisa ditimbulkan. Sayangnya lagi, hingga saat ini belum ditemukan cara pengobatannya. Yang paling efektif hanyalah pencegahan dengan cara imunisasi.

Virus polio (poliomyelitis) sangat menular dan tak bisa disembuhkan. Virus ini menyerang seluruh tubuh (termasuk otot dan sistem saraf) dan bisa menyebabkan kelemahan otot yang sifatnya permanen dan kelumpuhan total dalam hitungan jam saja. Bahkan sekitar 10-15 persen mereka yang terkena polio akhirnya meninggal karena yang diserang adalah otot pernapasannya.
Virus polio terdiri atas 3 tipe (strain), yaitu tipe 1 (brunhilde), tipe 2 (lanzig) dan tipe 3 (Leon). Tipe 1 seperti yang ditemukan di Sukabumi adalah yang paling ganas (paralitogenik) dan sering menyebabkan kejadian luar biasa atau wabah, sedangkan tipe 2 paling jinak.


SELESAI.
Daftar Pustaka : Internet